Idap Permasalahan Psikologis – Media sosial memudahkan masyarakat untuk menjalin hubungan satu sama lainnya. Bahkan, dunia maya memungkinkan pengidap permasalahn psikologis untuk menceritakan apa yang di hadapi. Tidak jarang, cerita mereka menjangkau sesama pengidap permasalahan psikologis, bahkan yang kondisinya sama.
Hubungan pertemanan yang terjalin di media sosial kerapkali berujung pada janjian untuk saling bertemu. Namun, bagaimana jika pertemuan antara pengidap permasalahan psikologis yang sama berujung pada healing trip? Psikolog klinis sekaligus Pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, M. Psi., mengungkapkan bahwa hal tersebut justru di sarankan.
“Tapi di tambah, kalau bisa, ada tenaga profesional ( seperti psikolog ) yang mendampingi,” ucap dia kepada tim kami. Sebab, Fitri pernah mendapat laporan dari seorang klien yang datang ke acara komunitas pengidap bipolar. Setibanya di sana, acara hanya kegiatan meluapkan emosi tanpa ada pemberian feedback.
Baca juga: Cara Meningkatkan Energi untuk Menjalani Hari Penuh Semangat
Sejatinya, kegiatan healing trip sangat di sarankan di dampingin oleh psikolog sebagai penengah sekaligus pemberi feedback. Mereka yang datang, karena sama-sama belum selesai masalahnya dengan diri sendiri, jadi kayak saling menambahkan api,” ungkap Fitri.
“Dari sisi klien, klien saya jadi merasa tidak nyaman. Sebelum datang merasa baik-baik saja, sesudahnya malah tidak baik-baik saja,” lanjut dia.
Alami konflik serupa
Cup of Stories memiliki kegiatan healing trip yang di dampingi langsung oleh Fitri. Namun, bukan berarti kegiatan yang sudah ada selama bertahun-tahun itu pernah berjalan mulus. Ada satu kejadian antara seorang mahasiswa dengan seorang ibu yang hendak menceraikan suaminya.
“Ibu khawatir anaknya jadi broken home dan sebagainya. Anak ini kayak memberikan atau menumpahkan amarahnya sebagai anak broken home,” Fitri berujar. Namun menurutnya, pendapat yang di sampaikan anak itu kurang pas karena dari sisi subyektifnya, bukan objektif.
Beruntung, sharing session dalam healing trip itu di dampingi oleh Fitri. Ia langsung mengendalikan situasi. “Anak ini memaksakan pemikiran ke ibu ini. Ibu ini merasa tidak nyaman. Kami cepat-cepat memperbaiki situasi itu,” terang dia. Sebab, sharing session di lakukan bukan untuk mencari penyelesaian masalah secara langsung.